Kondisi sosial ekonomi yang kian melemah di kalangan menengah ke bawah membuat sebagian orang berbuat nekad untuk mendapatkan penghasilan dengan jalan kotor. Di kalangan pedagang ikan bukan hal yang baru lagi jika dalam memuluskan usahanya banyak yang menggunakan bahan pengawet yang sangat berbahaya. Alasannya sangat sederhana, mereka mengaku kesulitan modal sementara dagangan mereka juga sulit untuk laku. Agar tidak merugi mereka harus menyusun strategi agar barang dagangan yang berupa ikan tidak lekas membusuk sehingga dapat dijual kembali di kemudian hari. Boraks menjadi pilihan karena lain harganya murah juga memberikan efek pengawet jangka panjang.
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq,dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan bleng. Merupakan kristal lunak lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 . 10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, dan gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.
Padahal boraks merupakan bahan pengawet yang berbahaya yang dapat merusak saluran pencernaan manusia. Kandungan boron pada boraks tidak dapat diurai oleh alat pencerna dan hanya tertimbun dalam otot, lambung, hati maupun ginjal.
Meskipun para pedagang mengetahui bahaya penggunaan boron namun tidak juga menghentikan aksinya. Lagi – lagi uang yang menjadi tameng para pengguna boraks. Jika harus mengandalkan pemerintah untuk memerangi boraks rasanya masih jauh dari harapan karena peningkatan kesejahteraan kaum menengah ke bawah masih lamban merayap artinya belum ada berita menggembirakan dalam pemberantasan kemiskinan. Maka selayaknya kita sendiri yang harus pintar mencari celah agar tidak tertipu mengkonsumsi ikan ataupun barang lain yang menggunakan boraks.
Cara sederhana yang bias kita lakukan untuk mengetahui adanya boraks dalam bahan makanan yaitu dengan menggunakan kunyit. Kunyit kita parut dengan ditambahkan air sedikit kemudian kita ambil airnya. Air kunyit yang kita peroleh kita gunakan untuk test adanya boraks. Ambilah sampel yan akan kita tes, kemudian dihaluskan. Masukkan sampel tersebut ke dalam air kunyit, kemudian kita lihat perubahan warna yang terjadi. Jika air kunyit tidak ada perubahan warna (tetap kuning) berarti sampel tidak mengandung boraks, tetapi jika terjadi perubahan warna kuning menjadi kemerahan berarti sampel mengandung boraks.
Sederhana kan……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar